In-House Training : Dokter Muslim
Pada awal April 2013 Fakultas Kedokteran YARSI mengadakan kegiatan pelatihan Dokter Muslim yang bertujuan memberikan penyegaran, pendalaman dan perspektif baru pada salah satu area kompetensi tambahan yaitu kompetensi Dokter Muslim.
Pada acara tersebut dihadirkan DR.dr.Sagiran, SpB, Mkes dan Dr Syaefudin Ali Akhmad, MSc dari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kedua narasumber memberikan perspektif penerapan komptensi dokter muslim di FK-UMY. Pada paparannya kedua narasumber menjelaskan bahwa latar belakang kompetensi dokter muslim terkait erat dengan pondasi kompetensi yaitu profesionalitas yang luhur.
Penerapan kompetensi dokter muslim sendiri merupakan salah satu upaya perbaikan/ishlah yang dapat dilakukan untuk menjembatani dikotomi cara pandang yang merasuk pada tubuh umat Islam secara umum. Dikotomi yang dimaksud adalah dikotomi antara Ilmu pengetahuan dan Ilmu agama, secara khusus antara kedokteran Islam dan kedokteran konvensional. Penyakit jiwa yang terbelah ini menyebabkan banyak kerancuan dalam kemanusiaan, lingkungan dan struktur keilmuan.
Agenda integrasi atau islamisasi ilmu ini tentu membutuhkan konsep dan metodologi yang matang yang kemudian dapat di aplikasikan dalam teaching-learning process. Islamisasi ilmu didefinisikan sebagai upaya untuk memeriksa, menyimpulkan, mencari hubungan, dan menyebarluaskan aktivitas intelektual mengenai kehidupan, manusia dan alam semesta dengan menggunakan cara pandang/wordview Islam.
Narasumber mengutip pendapat Syed Muhammad Naquib Al-Attas yang mengatakan Islamisasi ilmu pengetahuan adalah proses pembebasan manusia dari unsur-unsur magis, mitologi, animisme dan tradisi kebudayaan, kebangsaan serta penguasaan secular atas akal dan bahasanya. Lebih jauh Al-Attas mengungkapkan bahwa yang diislamkan adalah ilmu dalam diri dan bukan obyek ilmunya, bukan pula tekhnologi. Yang diislamkan adalah paradigm saintifik dan cara pandang manusianya sebagai penuntut ilmu
Proses penerjemahan agenda islamisasi kedalam kegiatan pendidikan sehari-hari masih membutuhkan kajian mendalam dan eksperimentasi sehingga didapatkan formula yang dapat menghasilkan seorang dokter yang menggunakan kacamata Islam dalam kehidupannya sehari-hari. (ik)